Affiliate Program ”Get Money from your Website”
Nasuha Ahmad. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Mimpi




Seperti keheningan malam ini. Hanya sekedar memandang bayang-bayang tubuhnya. Dan ku bertanya, “Engkau tertidur hanya karena ingin dapat bermimpi?”

***


Dalam mimpi kuingin membersamai seorang Dara. Sampailah Dara menanyakan, “Kenapa engkau dapat merindu dengan tempat yang engkau belum pernah sekalipun menyinggahinya?”

Rasa



"Kamu berbeda."

Akan tetapi rasa di dalam rasamu senantiasa sama.
Kemarin, kini, dan nanti.



***

Ketika semua berubah kan ada sesuatu yang berbeda. Entah dari sisi mana memandang, pastilah terlihat bagian dari bagian yang terasa tak sama.

Seperti keindahan yang memudar; seperti harapan yang merapuh; seperti rasa-rasa lainnya yang mempengaruhi rasa dari rasa.

Maka apakah engkau akan mengatakan hal yang sama. Sekali lagi setelah ini Dara.
Entahlah, biarkan semau kemauan Tuhan menghendaki rasaku rasamu.

***

Harapan

Dunia berbeda dari suatu pemahaman. Seperti hitam dan putih, berani dan takut. Maka bagi seorang jiwa ketepatan dalam rasa dan harapan adalah kunci untuk memahami semua perbedaan. Pernah kuberbisik pada seorang Dara yang kini tengah memilu dengan kehidupannya, "Semoga Tuhan mencairkan kekeluanmu. Dan tetaplah engkau memahami semua ini sebagai jalan kesejatian."

"Jangan membatasi pengertianmu tentang dunia. Jalan, hidup itu tentang jalanmu yang selalu ingin terfahami. Dalam rasa, dan terka tak berkesudahan. Jika kesejatian cinta engkau ingin dan sangat ingin terengkuh. Tiada lain dalam pengertaianmu dahulu."

"Kemudian yang musti dilalui adalah pengertian dan harapan. Kujuga pernah bertanya itu pada jiwa yang lain. Sebagai jawaban keduanya saling mengikat." Nikmatilah kehidupanmu dan biarkan langkahmu berjalan jauh di luasnya semeseta. Engkau tahu bukan, alam ini maha luas. Jika engkau menyempitkan hidupmu, sama sahaja kehidupanmu kan mengerdil. Jangan membonsai diri. Bebaslah di alam Tuhan.

Luapkan, coba luapkan rasamu paling rindu itu pada nyanyian jiwa yang selalu mendedangkan harapan. Ya, karena kan meneguhkanmu dikala goyah, mengokohkanmu dikala rapuh, dan meluaskan hatimu dikala engkau terhimpit. Sekali saja, luapkan kembali rasamu paling rindu.

Tak perlu menangis, Tuhan lebih tahu yang engkau mahu. Tak perlu juga bersedih, karena Tuhan lebih tahu bahagiamu. Saat engkau tak mengerti dengan semua yang terjadi.  Heningkan sejenak hati dan pikiranmu. Segera kemudian kan engkau memahami hakikat dibalik semuanya. Sebut saja, rahasia dibalik rahasia. Namun sering kusebut kebijaksanaan diatas kebijaksanaan.


Menguraikan disini pada pagi yang hening. Dan telah kujelaskan. Meskipun tak seberapa. Tetapi semoga Tuhan menghendaki jalan kita untuk bersama. Seperti nahkoda berlayar diluasnya lautan. Ingatlah senantiasa,  ini tentang pengertian dan harapan. Perjalanan mula kehidupan manusia. Setelah itu......

Tentang Mimpi


Tuhan takkan pernah menelantarkan mimpi-mimpimu.

Jalan yang kan dilalui memang tak selalu terjal. Hanya rasa yang memilukan, merendahkan, yang kan menghentikan langkah.

Mimpimu mulai meninggi. Tak mengira, sampai mengetuk pintu langit. Malaikat pun bergumam, "Kan ku hantarkan mimpimu ke langit tujuh."

Cawan Tabir

Mungkin. Ini air keruh diendapkan.
Ditunggu untuk diteguk.

***

Sayup mata itu
tertanda
ruang jiwa singgah.

Bayang berkelebat,
rasa berkecamuk,
tangan berselawat
berbisik hati.

***
Bibirmu meraung.
Lenyap kata-kata.
Melingkar pikiranmu
suara detak jantung
terhitung mundur.

***

Nista, nestapa, nelangsa,
menilam sukma.
Khayalan di ruang ini
menarik garis tawamu.

Dadap, 20 Maret 2015.


Sun Tzu
Mereka yang memegang inisiatif itu yang mengendalikan perubahan. (Indra Wijaja, 26:1992).
Yang menyebabkan seorang panglima belum berperang, tetapi perkiraan menunjukkan menang ialah mendapat nilai tinggi; yang menyebabkan seorang panglima belum berperang tetapi perkiraan menunjukkan kalah ialah mendapat nilai rendah. Pihak yang tinggi nilainya bakal menang, pihak yang rendah nilainya bakal kalah, apalagi pihak yang tidak mendapat nilai sama sekali! Dari situlah saya meninjaunya sehingga pihak yang menang dapat diketahui. (Indra Wijaja, 71:1992).

Kenalillah lawanmu dan kenallah dirimu sendiri, dalam seratus pertempuran pun kemenanganmu tak akan berada dalam bahaya. Jika engkau tidak mengenal lawanmu, tapi mengenal dirimu sendiri, kalah menangmu seimbang. Jika engkau tidak mengenal lawanmu, tidak pula mengnel dirimu sendiri, dalam setiap pertempuran pun kemenanganmu akan selalu dalam bahaya.  (Indra Wijaja, 77:1992).

Adanya keadaan kita yang tidak dapat dikalahkan itu bergantung pada kita sendiri, adanya keadaan lawan yang dapat dikalahkan itu bergantung pada lawan. (Indra Wijaja, 78:1992).

Itulah sebabnya, kemenangan dapat diketahui tetapi belum tentu dapat dijelmakan. (Indra Wijaja, 78:1992).
Tentara yang menag itu sudah lebih dahulu menang kemudian baru mengajak berperang. Tentara yang kal itu lebih dahulu berperang kemudian baru berharap menang. (Indra Wijaja, 79:1992).

Mereka yang ahli dalam seni perang memelihara Tao (jalan yang sesuai dengan hukum moral) serta mempertahankan tegaknya sistem (susunan dan organisasi). (Indra Wijaja, 79:1992).

Sumber Inspirasi: Widjaja Indra. 1996. Falsafah Perang Sun Tzu. Pustaka Jaya: Jakarta.