Anda hanya dapat mengenali kesejatian ketika Anda memahami
kesejatian itu sendiri. Anda akan memahami ketika Anda mengetahinya. Setiap
yang ingin Anda ketahui membutuhkan proses. Maka tidak ada proses selanjutnya
kalau tidak ada proses sebelumnya, tidak ada proses sebelumnya sebelum ada
tujuan. Begitupun mengenai apa yang akan kita bahas kali ini, yaitu tentang
kesejatian.
Kesejatian yaitu mengenai kenyataan
yang tidak akan pernah musnah. Kesejatian bertahan dalam keabadian, meskipun
semuanya tidak ada yang abadi. Akan tetapi kesejatian merupakan hal yang abadi.
Saat basah, kering, terbakar, tergores, tergilas, dan ataupun yang lainnya,
kesejatian tidak akan pernah musnah. Dan yang musnah berarti bukan kesejatian. Layaknya
kulit kita, semakin bertambah usia, kulit kita akan mengkriput. Sewaktu muda
kulit terlihat kencang, saat mulai menua akan terlihat perubahannya, terlihat
keriputannya. Tentu itu bukan kesejatian, tapi kesemuan. Tidak abadi, tidak
kekal, dan akan musnah. Bukan kesejatian diri kita.
Saya tidak tahu apa yang sejati dari
diri kita, karena bagian yang menempel di tubuh kita akan musnah. Kulit kita,
wajah tampan kita, wajah cantik Anda, bagian badan kita dari leher sampai
pinggul yang kata orang dianggap bagus itu juga akan musnah. Tangan kita yang
halus, kaki kita yang menawan, tidak akan bertahan selamanya. Aksesoris yang
kita kenakan- jam tangan, gelang, perhiasan, cincin, misalnya; yang ada di
rumah- mobil, motor, kursi yang mahal, kulkas, tanah yang luas; yang ada di
tubuh kita; di orang lain; jabatan, kekuasaan, hanya tinggal menunggu waktu
saja. Mereka akan musnah, menghilang dari kita. Apa yang tidak musnah? Apakah
Anda dapat menjawabnya? Mohon dipikirkan.
Kalau semuanya musnah, apa yang tersisa
dari diri kita? Oh, nama kita? Itu juga pasti musnah. Orang yang mengenal kita
atau yang hanya sebatas tahu kita, daya ingat orang itu semakin lama semakin
menurun karena termakan usianya, dan pasti orang itu juga tidak akan bertahan
lama untuk hidup di dunia ini, pasti juga akan musnah bukan? Atau ada sebagian
orang yang sengaja mengubur dalam-dalam nama kita agar hilang dari ingatan banyak
orang? Mungkin Anda mempunyai siasat, supaya nama Anda tidak musnah atau
hilang? Lalu apa yang sejati dari diri Anda?
Begini sahabat baikku. Saya menulis ini
tujuannya tidak bermaksud supaya Anda tidak mengenakan sesuatu yang berharga,
bukan juga supaya Anda tidak memiliki apapun, bukan juga untuk mendangkalkan
pikiran Anda mengenai harta, tahta dan badan. Apa yang kita kenakan adalah
fitrah hidup. Bagian dari cara supaya bertahan hidup. Agar hidup kita berwarna,
merasa bahagia, merasa bersyukur, menikmati keindahan dan kehidupan. Sama
sekali yang kita kenakan, miliki, ingini, bukanlah keburukan. Ini kebaikan ko selama tujuan dan caranya benar.
Bukankah begitu? Tinggal bagaimana supaya kita mengetahui, mengenali dan
memahami apa yang paling penting dalam hidup kita.
Beli buah kelapa sama kayu jati di Desa
Benda, apa yang sejati dari diri Anda? Satu kalimat sederhana saya temukan dalam
buku The Power of Purpose yang
ditulis oleh Peter S. Temes. “Usaha untuk mampu membedakan kesejatian akan
mengharuskan Anda untuk mengenal diri Anda sendiri dan mengenali apa yang
menjadi keyakinan Anda.”
------
Tulisan
ini dicatat di balik kertas kalender pada hari Senin, 12 Mei 2014.
0 komentar:
Posting Komentar