Affiliate Program ”Get Money from your Website”

~Mengintip Masa Depan Orang Lain~

Hari ini banyak sahabat saya yang mengatakan selamat tahun baru. Berkorban tidak tidur sampai pukul 00.00 untuk mengatakannya. Saya yang menikmati tidur sampai tak mendengar dentingan sms darinya. Baru saya buka sms itu pulul 05. Sungguh luarbiasa semangatnya, JAYA TAHUN INI. Mantap!

Dari sekian banyak sahabat, rahabat yang satu ini sangat menakjubkan. Sepertinya dia mempunyai harapan besar di tahun ini, meskipun hanya seuntai kalimat JAYA TAHUN INI . Kemudian saya tanyakan, apa maksud kalimat itu? Tidak lama kemudian mengutarakannya, "tahun ini saya harus bisa membahagiakan kedua orangtua, lulus kuliah dengan predikat cumlaude, kerja, selang 6 bulan di tahun ini melanjutkan S2, dan bikin bisnis." Luarbiasa! Semoga Allah menguatkan langkah dan pundakmu. "Amin ya Allah" jawabnya.

Ini adalah bagian masa depan setiap insan. Saya belajar satu hal istimewa lagi dari sahabat-sahabat terbaikku hari ini. Saya sangat kagum kepada mereka dengan gagah berani memberitahu saya tentang masa depan mereka. Sungguh diluar dugaan saya. Dua tahun yang lalu juga demikian, sahabat saya yang sekarang mengenyam pendidikan tinggi memberitahu saya. "Aku pingin punya kebun mangga yang luas. Bikin bisnis olahan mangga, supaya nanti kalau orang-orang maen ke Indramayu bisa dijadikan oleh-oleh khas indramayu." Inilah harapan yang membuat masa depan mereka diketahui. Karena mereka telah memiliki alamatnya, tinggal melandas sampai tujuan.

Saya katakan pada jiwa ini (maksudnya saya sendiri), sesungguhnya saya telah mengintip masa depan orang lain. Refleksi untuk saya ialah, apa harapanmu tahun ini. Tenang sudah dipersiapkan, tinggal lets go!

Okey, lakukanlah dengan ikhlas, rajin, profesional dan istiqomah. Allahu Akbar!!! 


~Berhenti Membuat Teka Teki~

Yuk kita awali dengan Bismillahirrohmanirrohiim...

Hmm...

Hari ini saya pengen cuhrat nieh sama sahabat-sahabat semua, yang saya cuhratkan ialah mengenai pandangan kita terhadap orang lain, bisa dikatakan sebagai diri kita yang sering membuat teka teki. Karena kita sering dibuai dengan pandangan yang kasat mata tanpa mencoba memilah lebih dalam lagi akan hal-hal yang diluar dari jangkauan kasat mata kita.Sengaja ataupun tidak sengaja ini sering dilakukan oleh diri kita. Benar?

Boleh yah saya membahsanya lebih dalam lagi^_^...

Saya buat ilustrasinya seperti ini. Di depan kita ada dua orang, orang yang pertama berpakaian kurang rapih, rambutnya morat marit, pake sendal jepit, badanya gede, dan raut mukanya kusam. Nah, orang yag kedua, ia berpakaian rapih seperti sales, rambutnya tersusun rapih, pakai sepatu, raut mukanya cerah, dan terlihat karismatik.

Yuk, coba kita tebak-tebakan. Mana orang yang dianggap oleh Anda sebagai orang yang kelihatannya kaya? Orang yang pertama atau orang yang kedua? Kemudian apa alasannya? Tolong bantu jawab yah^_^?

Dari paparan peragaan diatas kita akan memperoleh sebuah keputusan dan itu ada dalam pandangan kita mengenai orang itu. Benar? Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah meninggalkan tebak-tebakkan ini. Yah, ketika tengah berhadapan dengan orang dengan respek kita akan menilai orang tersebut. Baik ataupun buruk, itulah isi pandagan kita yang sebenarnya. Kalau isi pandangan kita baik, mungkin sekali kita bukanlah orang jahat dan sebaliknya. Owh, saya sudah terperangkap dengan tebak-tebakan!

Hmm..

Pastikanlah saja, setiap yang kita lihat yang berhubungan dengan kepribadian seseorang, bijaknya ialah banyak-banyak bertanya lah terlebih dahulu. Jadi jangan langsung menyimpulkannya mengenai apa yang kita lihat. Meskipun ini pekerjaan yang memakan waktu, tapi itu jauh lebih mulia daripada kita terjebak dengan perasangka-perasangka buruk kita yang memungkinkah akan mematikan fikiran dan hati kita yang mulia ini. Kita tahu bukan, khusnudzon itu lebih baik daripada suudzon.

Yah, itu saja yang saya cuhratkan kepada sahabat-sahabat semua. Semoga ini bermanfaat untuk kehidupan kita. Terpenting ialah kita membangun kehidupan yang memuliakan diri sendiri dan sebanyak mungkin sesama.

Karena di awali dengan basmalah, yuk kita akhiri dengan Alhamdulillahirrobbil'alaamiin^_^. Jangan lupa yah pertayaannya dijawab. Hehe(*_*)


Sumber Referensi: Nasuha Ahmad, The School Of Live

~GAK MAU MENANTI~

Penantian hidup bukanlah menanti kehidupan yang akan datang tanpa berupaya memperbaiki kehidupan saat ini..

Hakikatnya ialah mengupayakan kebiasaan-kebiasaan baik setiap waktu tanpa dikekang oleh paksaan dengan ikhlas melakukannya untuk kehidupan yang lebih baik..

Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini..

~SEMANGAT PERUBAHAN~


Hidup ini memang tidak akan terlepas dari rasa ingin untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan. Semua insan pasti memilikinya, karena harapan merupakan pijakan untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang membawanya pada kesejahteraan, kedamaian dan kecemerlangan. 

Kita tahu tidak ada yang pasti di dunia ini selalu ada dua sisi yang berlawanan. Namun bukan berarti harus melupakan semua harapan. Karena hidup ini tidak pasti untuk maraih harapan yang dicita-citakan maka ada kemungkinan-kemungkinan yang akan dicapai. Harapan yang satu memang tidak pasti dicapai tapi ada kemungkinan untuk dicapai pada harapan yang lain. 

Manusia hanya dituntut oleh Allah untuk berusaha dengan kemampuan yang Allah anugerahkan, yakni berupa akal, jasmani dan lainya. Itu semua diciptakan untuk bekal manusia hidup di dunia ini. Sebenarnya ada titik balik yang perlu dicermati oleh semua insan, tercantum dalam ayatnya "Sesunggunya Aku (kata Allah) tidak akan mengubah nasib suatu kaum melainkan kaum  itu sendiri yang akan mengubahnya". 

Halnya dengan penantian hidup, yang berkaitan antara nasib dan uapaya. Nasib meskipun telah ditentukan oleh Allah dalam Lauh Mahfudz tidak berarti kehidupan ini sepenuhnya manusia harus menerima apa adanya. Telah digambarkan dalam surat cinta-Nya, yang dapat mengubah nasib bagi suatu kaum atau seseorang adalah kaum itu sendiri dan seseorang itu sendiri. Kalau dicermati, ternyata Allah membatasi diri-Nya yang berkaitan dengan nasib hidup manusia. Bukan berarti Allah tidak bisa, manusia dianugerahkan segenap potensi adalah sebagai upaya untuk menghadapi nasibnya. Tidak mungkin Allah langsung memberikan secara instan, senantiasa ada proses dan proses itulah yang menjadi penilaian di sisi-Nya. 

Lalu mengapa menanti kehidupan, padahal kehidupa ini telah berlangsung. Banyak yang menanti hidup karena hidup esok hari terasa lebih cerah, berpandangan lebih indah dari sekarang. Nah, pertanyaannya mengapa harus menanti? Kenapa tidak berupaya mulai dari sekarang untuk memperbaiki kehidupan yang hasilnya untuk hari esok. Masih saja berkutik pada penantian hidup, yang sebenarnya kehidupan esok akan lebih baik dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik setiap waktu. Yah seperti orang-orang yang menginginkan kesuksesan, bangun pagi, disiplin, ulet, tidak pantang menyerah, tampil rapih bukan karena ada acara atau yang lainnya, tepat waktu dan sebagaianya. Maka lakukan kebiasaan-kebiasaan baik itu tanpa harus ada paksaan. 

Ya, hampir dari sebagian hidup kita dicurahkan untuk menanti sesuatu yang ditunggu-tunggu. Mulai dari menunggu kendaraan umum maupun menunggu apapun. Menunggu sesuatu yang kecil sampai menunggu sesuatu yang besar. Hidup kita dihadapkan pada penantian yang kadang kita terlena dengan penantian tersebut. Karena tidak mencoba memanfaatkan waktu pada penantian, yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk melakukan hal lain yang lebih baik semasa penantian. 


Sumber Referensi: Nasuha Ahmad, The Live Of School

Baik dan Buruk Ada Dalam Pandangan Kita

Pandangan yang baik membuahkan fikiran, sikap, dan prilaku yang baik. Sebaliknya, pandangan yang negatif membuahkan fikiran, sikap dan prilaku yang negatif. Asumsi demikian telah diajarkan oleh guru kita dari SD sampai sekarang kita berada di Perguruan Tinggi. Memang ini ada benarnya bagi kita yang membenarkan. Karena pandangan dari tiap-tiap insan tidaklah sama. Mereka memandang sesuatu itu baik atau tidak baik, positif atau negatif dipengaruhi oleh referensi kehidupan yang dianutnya.

Setiap guru juga demikian memiliki referensi dalam kehidupannya yang kemudian ditransfer kepada kita yang sering kita sebut sebagai transfer of knowladge. Dengan hal itu dapat membuahkan daya pandang yang berbeda-beda. Sehingga muncul asumsi yang telah dipaparkan yaitu manusia dipengaruhi oleh referensinya. Mulai dari bagaimana ia berkata dan bersikap. Sekarang pertanyaannya, dari siapa sajakah kita bereferensi dan untuk apakah?

Sekarang kita telah mendapatkan sumber referensi tersebut, kemudian pilahlah kembali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Baikkah atau tidak baikkah? Bermanfaat atau sebaliknya? Menyelamatkan atau mencelakakan? Dan sebagainya yang dianggap butuh dan baik buat kita.

Kita telah melandaskan pandangan tersebut. Namun kita juga memiliki pandangan tambahan yang merupakan hasil dari mentafakurinya.

Kita kembalikan kembali pada pembahasan awal. Pandangan yang baik itu baik. Dan pandangan tidak baik itu tidak baik. Sebenarnya ini merupakan justifikasi kepada kita. Kita baru menyadari itu sangat berdampak pada kehidupan kita. Kita selalu memandang siapapun yang berpandangan negatif pasti tidak baik dan sebaliknya.

Yuk sekarang kita ubah yang mungkin ini akan melebihbaikkan hidup kita untuk masa ini dan masa datang. Pandanglah yang baik sebagai yang baik dan sikapilah dengan baik pula. Dan pandanglah yang tidak baik sebagai upaya kita mengubahnya menjadi yang lebih baik dan sekapilah dengan sebaik mungkin kebijaksanaan kita.

Inilah hidup, yang baik dan buruk berada pada pandangan kita.

~PENGGALAU~

Hidup memang tidak akan terlepas dari sebuah rasa yang mengharuskan jiwa kita merana, menangis, bersedih, dan hal-hal yang menggelisahkan jiwa ini. Selama kita masih dihadiahkannya nyawa ini untuk hidup, rasa-rasa itu akan menemani kita dalam setiap waktu yang semestinya. Terletak pada bagaimana jiwa kita merasa pada hal-hal yang menimpa kita, dan itu sangat sensitiv sekali buat perjalanan hidup kita. Karena jika kita memaknainya sebabagai dari kenikmatan hidup maka akan berbuah manis,namun jika kita berbailik memaknainya sebagai kesengsaraan maka membuahkan kenistaan-kenistaan dalam hidup kita. 

Baik, kita tahu bahwa hidup yang kita jalani berada dalam hal-hal yang tidak pasti yang meng-GALAU-kan semua pencapaian hidup yang semestinya. Ketika kita menghadapi kecemasan, ketakutan, ketidakpercayadirian, kelabilan dan ke-kean lainnya, serasa apa yang kita capai rasanya mustahil untuk diwujudkan. Benar? Akibatnya kita sering GALAU.  

Padahal dasar dari ke-GALAU-an adalah harapan kita yang masih belum jelas. Harapan kita masih terlihat abu-abu karena belum ada rencana yang jelas kapan mau dilaksanakan. Jikalau saja dilakukannya pasti harapan itu akan menyingkirkan semua rasa-rasa yang menyebabkan ke-GALAU-an.

Tahukah? Kita di-GALAU-kan oleh harapan-harapan yang kita rencanakan. Sekarang mari kita tanyakan, siapakah yang merencanakan harapan itu? Diri kita bukan! Maka sebenarnya yang meng-GALAU-kan diri kita itu sispa? Ya, sahabat benar sekali! DIRI KITAlah yang menjadi biang PENGGALAU sebenarnya, bukan orang lain. 

Lalu apakah kita akan terus menyalahkan orang lain untuk semua harapan-harapan kita yang belum juga terwujud jika terjadi kesalahan yang disebabkan oleh sahabat kita yang sebenarnya adalah bukan sahabat kita yang menggagalkan rencana kita. Karena sahabat kita hanyalah yang membantu pencapaian harapan-harapan kita. jadi jangan salahkan secara mutlak sahabat kita. Koreksilah diri kita, sebaik kita mengoreksi diri di hadapan Allah. 

Okey, yuk kita bersama-sama untuk memohon diri kepada Allah untuk dikuatkannya sikap, fikiran, dan tindakan kita pada hal-hal yang menjadikan kita pribadi yang bernilai. Yakni bernilai dihadapan Allah dan bernilai bagi sebanyak mungkin sesama.

Semoga Allah meridhoi dan merahmati segenap upaya kita. Aamiin.