Hidup memang tidak akan terlepas dari sebuah rasa yang mengharuskan jiwa kita merana, menangis, bersedih, dan hal-hal yang menggelisahkan jiwa ini. Selama kita masih dihadiahkannya nyawa ini untuk hidup, rasa-rasa itu akan menemani kita dalam setiap waktu yang semestinya. Terletak pada bagaimana jiwa kita merasa pada hal-hal yang menimpa kita, dan itu sangat sensitiv sekali buat perjalanan hidup kita. Karena jika kita memaknainya sebabagai dari kenikmatan hidup maka akan berbuah manis,namun jika kita berbailik memaknainya sebagai kesengsaraan maka membuahkan kenistaan-kenistaan dalam hidup kita.
Baik, kita tahu bahwa hidup yang kita jalani berada dalam hal-hal yang tidak pasti yang meng-GALAU-kan semua pencapaian hidup yang semestinya. Ketika kita menghadapi kecemasan, ketakutan, ketidakpercayadirian, kelabilan dan ke-kean lainnya, serasa apa yang kita capai rasanya mustahil untuk diwujudkan. Benar? Akibatnya kita sering GALAU.
Padahal dasar dari ke-GALAU-an adalah harapan kita yang masih belum jelas. Harapan kita masih terlihat abu-abu karena belum ada rencana yang jelas kapan mau dilaksanakan. Jikalau saja dilakukannya pasti harapan itu akan menyingkirkan semua rasa-rasa yang menyebabkan ke-GALAU-an.
Tahukah? Kita di-GALAU-kan oleh harapan-harapan yang kita rencanakan. Sekarang mari kita tanyakan, siapakah yang merencanakan harapan itu? Diri kita bukan! Maka sebenarnya yang meng-GALAU-kan diri kita itu sispa? Ya, sahabat benar sekali! DIRI KITAlah yang menjadi biang PENGGALAU sebenarnya, bukan orang lain.
Lalu apakah kita akan terus menyalahkan orang lain untuk semua harapan-harapan kita yang belum juga terwujud jika terjadi kesalahan yang disebabkan oleh sahabat kita yang sebenarnya adalah bukan sahabat kita yang menggagalkan rencana kita. Karena sahabat kita hanyalah yang membantu pencapaian harapan-harapan kita. jadi jangan salahkan secara mutlak sahabat kita. Koreksilah diri kita, sebaik kita mengoreksi diri di hadapan Allah.
Okey, yuk kita bersama-sama untuk memohon diri kepada Allah untuk dikuatkannya sikap, fikiran, dan tindakan kita pada hal-hal yang menjadikan kita pribadi yang bernilai. Yakni bernilai dihadapan Allah dan bernilai bagi sebanyak mungkin sesama.
Semoga Allah meridhoi dan merahmati segenap upaya kita. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar